Senin, 13 Mei 2013

SEPUTAR LUWENG OMBO & LASKARNYA

Masuk gua, menelusuri kedalaman hati manusia yang gelap dalam seantero kemungkinan berjuta penghianatan dalam pertemanan. Bersama kita mencari sumber yang murni. Ya, kitalah pembawa cahaya itu, mari eksplorasi kembali, eksplorasi sampai skripsi… ” ( Mirza A. Hevicko)



Tanggal 18 Juli – 3 Agustus 2008 4 anggota muda Perhimpunan Mahasiswa Pencinta Alam (PMPA) PALAWA UNPAD mengadakan pengembaraan bidang operasional caving di Kabupaten Pacitan, kegiatan tersebut berupa penelusuran dan pemetaan beberapa gua yang terdapat di daerah ini. Saya ditugaskan untuk ikut mendampingi para “young guns” PALAWA tersebut bersama dua rekan anggota biasa lainnya, yang akan saya ceritakan adalah pengalaman menelusuri Luweng Ombo, sebuah gua vertikal yang terdapat pada koordinat 110o 56’ 36,2” BT dan 08o 10’ 14“ LS.

Secara geografis Luweng Ombo berada di Desa Kalak, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa Timur. Luweng adalah sebutan untuk gua vertikal, Luweng Ombo sendiri merupakan gua single pitch yang berbentuk pothole dengan diameter ± 80 meter dan kedalaman vertikal ± 120 meter, di dalamnya terdapat lorong horizontal ± 800 meter.

Usai menyelesaikan penelusuran dan pemetaan di Luweng Plente, pada tanggal 28 Juli 2008 pukul 09.00 kami berangkat dari lokasi mulut Luweng Plente menuju lokasi mulut Luweng Ombo dengan mencarter kendaraan, waktu menunjukan pukul 11.00 ketika kami tiba di mulut Luweng Ombo, mulut luweng ini terlihat dari jalan mobil dengan jarak sekitar 50 meter. Sesampainya di lokasi beberapa anggota tim dibantu oleh rekan-rekan dari MAHIPA Universitas Muhamadiyah Ponorogo mengurus perizinan kepada “penguasa wilayah setempat”, sebagiannya lagi merapikan base camp dan survey pengaman untuk rigging lintasan vertikal, di sekitar mulut gua terdapat pohon, batu, dan lubang tembus yang dapat digunakan untuk memasang pengaman, selain itu terdapat pula beberapa hanger yang dipasang oleh para penelusur sebelumnya. Sebenarnya akan lebih efisien apabila kami langsung memasang lintasan, tetapi berhubung rekan-rekan yang sedang mengurus izin belum datang, maka diputuskan untuk menunggu terlebih dahulu sampai mereka datang membawa izin.

Setelah menunggu beberapa waktu, rekan-rekan kami tersebut datang dan menginformasikan bahwa kita diizinkan untuk masuk kedalam Luweng Ombo, selain itu mereka juga membawa informasi yang ditegaskan kembali oleh Bapak Kepala Desa dan petugas Kepolisian yang datang ke base camp kami , bahwa beberapa waktu yang lalu ada satu rombongan yang datang dari Kalimantan dan keluar masuk di gua ini selama ± 3 bulan, tetapi ketika ditanya hasil dari aktivitasnya di dalam ia mengatakan tidak ada apa-apa, hal ini membuat warga curiga dan resah barangkali ada sesuatu hal yang “tidak beres” terjadi di dalam gua. Lalu pihak kepolisian meminta kepada kita untuk memperlihatkan foto-foto keadaan di dalam gua setelah kita keluar nanti.

Pukul 15.00 Jaya selaku ketua tim mulai menuruni Luweng Ombo, satu hal yang dikhawatirkan oleh tim adalah terjadinya spinning rope seperti yang pernah terjadi pada penelusur sebelumnya yang mengakibatkan penelusur tersebut muntah akibat tubuhnya berputar-putar pada tali, kejadian seperti ini biasanya terjadi pada penelusur pertama yang melakukan rigging. Menurut penuturan Jaya, ia pun mengalami spinning rope tetapi hal tersebut dapat diatasi dan tidak menimbulkan masalah yang berarti. Rupanya kegiatan kami ini mengundang perhatian masyarakat sekitar mulut gua, mereka antusias untuk melihat kami menuruni Luweng Ombo, bahkan lucunya ada truk yang sengaja berhenti untuk melihat kami karena ia sangka ada yang sedang bunuh diri. Setelah Jaya sampai di dasar gua, selanjutnya berturut-turut menyusul Rina, Maggie, dan Indra menuruni gua dengan mengggunakan SRT (single rope technique). Waktu sudah hampir maghrib saat Indra sampai di dasar gua, dan ini artinya waktu bagi kami para pendamping untuk turun.

Fariz turun selanjutnya, sedangkan saya yang mendapatkan giliran setelah Fariz bersiap-siap menggunakan SRT set, setelah yakin semua peralatan telah terpasang dengan benar dan aman di tubuh, saya menunggu di pinggir mulut gua dengan tidak lupa memasang cowstail sebagai pengaman. Dari dasar gua, melalui bantuan walky talky terdengar bahwa lintasan telah bebas dan dapat digunakan, beban dari cowstail dipindahkan ke chest croll, lalu saya memasang alat turun di tubuh ke tali statis yang digunakan sebagai lintasan. Setelah mengunci descendeur auto stop, dengan bantuan foot loop saya melepas chest croll dan cowstail sehingga semua beban tubuh pindah ke descendeur, kunci dilepas dan saya pun turun menuju dasar Luweng Ombo. Sekitar 30 meter dari dasar gua terdapat sambungan tali, saya melewatinya dengan prinsip pindah lintasan, lalu setelah itu kembali meluncur menuju dasar gua. Sesampainya di dasar giliran pendamping selanjutnya yang turun yaitu Deko.

Ternyata dasar gua ini tidak datar seperti yang terlihat dari mulut di atas, dan tanaman yang terlihat seperti rumput nyatanya adalah pohon – pohon setinggi kira-kira 1,5 meter. Ketika anggota tim pengembaraan ascending keluar gua, kami para pendamping sambil menunggu giliran berkeliling mengeksplorasi dasar gua, di sini kami menemukan sisa-sisa peninggalan para penelusur dari Kalimantan yang diceritakan tadi siang oleh Bapak Kepala Desa berupa tempat tidur yang terbuat dari bambu dilapisi karung dan perabotan lainnya.
Waktu sudah hampir tengah malam ketika Indra sampai di mulut gua, dan sama seperti urutan turun tadi, Fariz selanjutnya melakukan ascending. Setelah itu, bagian saya yang meniti tali untuk mencapai mulut gua, usai melewati “cobaan” karena rasanya mulut gua tidak kunjung tergapai akhirnya saya sampai juga ke mulut Luweng Ombo dan Deko sebagai penelusur selanjutnya langsung naik ke mulut gua.

Jam tangan saya menunjukan Pukul 02.00 saat Deko berhasil sampai di mulut gua, tanpa menunggu lama lintasan langsung kami clean. Menurut penuturan anggota tim yang telah sampai terlebih dahulu, beberapa waktu tadi Bapak petugas Kepolisian datang untuk melihat foto keadaan dalam gua dan sebelum kembali ke kantor Beliau memberikan bantuan berupa tambahan konsumsi kepada tim, terima kasih banyak pun tak lupa kami ucapkan. Setelah selesai membereskan peralatan kami langsung terlelap di base camp untuk mempersiapkan kondisi fisik agar besok dapat melanjutkan penelusuran di gua terakhir dari rangkaian kegiatan ini yaitu Luweng Suling.

Demikian, kedalaman bumi memang memberi misteri yang selalu menarik untuk dikuakkan, baik sebagai pengetahuan, sensasi dan pengalaman hingga merapatkan keyakinan diri pada Tuhan.

Kamis, 07 Maret 2013

PENGERTIAN TAKSONOMI, TAKSON DAN KLASIFIKASI

PENGERTIAN TAKSONOMI, TAKSON DAN KLASIFIKASI
Makhluk hidup di dunia ini sangat beragam. Setiap makhluk hidup memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan makhluk hidup yang lain, tetapi ada beberapa makhluk hidup yang memiliki satu atau lebih persamaan. Persamaan dan perbedaan itulah yang dijadikan dasar klasifikasi makhluk hidup.   Ilmu tentang pengelompokkan makhluk hidup ini disebut TAKSONOMI. Dasar pengelompokkan makhluk hidup ini adalah adanya persamaan dan perbedaan ciri-ciri morfologi, anatomi, fisiologi, tingkah laku, dan lain-lain. Prinsip dan cara mengelompokkan makhluk hidup menurut ilmu taksonomi adalah dengan membentuk takson. TAKSON adalah kelompok makhluk hidup yang anggotanya memiliki banyak persamaan ciri. Takson dibentuk dengan jalan mencandra objek atau makhluk hidup yang diteliti dengan mencari persamaan ciri maupun perbedaan yang dapat diamati.
KLASIFIKASI adalah suatu cara pengelompokan yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupu hewan tersebut dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang memiliki persamaan dalam kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh John Ray yang berasal dari Inggris. Namun ide itu disempurnakan oleh Carl Von Linne (1707-1778), seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang dikenal pada masa sekarng dengan Carolus Linnaeus.
Sistem klasifikasi Linnaeus tetap digunakan sampai sekarang karena sifatnya yang sederhana dan fleksibel sehingga suatu organism baru tetap dapat dimasukkan dalam sistem klasifikasi dengan mudah. Nama-nama yang digunakan dalam sistem klasifikasi Linnaeus ditulis dalam bahasa Latin karena pada zaman Linnaeus bahasa Latin adalah bahasa yang dipakai untuk pendidikan resmi.
Klasifikasi makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan. Contoh klasifikasi makhluk hidup adalah:

  • Berdasarkan ukuran tubuhnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi pohonperdu, dan semak.
  • Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan yang hidup di lingkungan kering (xerofit), tumbuhan yang hidup di lingkungan air (hidrofit), dan tumbuhan yang hidup di lingkungan lembap (higrofit).
  • Berdasarkan manfaatnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi tanaman obat-obatantanaman sandangtanaman hiastanaman pangan dan sebagainya
  • Berdasarkan jenis makanannya. Contoh: Hewan dikelompokkan menjadi hewan pemakan daging (karnivora), hewan pemakan tumbuhan (herbivora), dan hewan pemakan hewan serta tumbuhan (omnivora).
Cara pengelompokan makhluk hidup seperti ini dianggap kurang sesuai yang disebabkan karena dalam pengelompokan makhluk hidup dengan cara demikian dibuat berdasarkan keinginan orang yang mengelompokkannya.
kunjungi KLIK SINI

DASAR-DASAR KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP
1. Klasifikasi makhluk hidup berdasarkan persamaan yang dimilikinya
Contohnya ayam dan elang. Kedua hewan ini memiliki persamaan yaitu  sama-sama memiliki bulu (feather), sama-sama memiliki sayap, dan sama-sama memiliki paruh. Dari persamaan tersebut akhirnya kedua jenis makhluk hidup diatas digolongkan kedalam jenis keluarga Aves (burung / unggas). Meski sebenarnya meski sama- sama memiliki sayap, keduanya memiliki fungsi yang berbeda.

2. Klasifikasi makhluk hidup berdasarkan perbedaan yang dimilikinya
Kembali pada ayam dan elang diatas. Meski sama-sama memiliki paruh, sayap dan bulu, tapi kedua jenis aves diatas memiliki perbedaan yang sangat telak, yaitu pada pola makan dan cara hidup. Ayam lebih condong memakan biji-bijian (herbivora) sedangkan Elang tergolong binatang pemakan daging (karnivora).

3. Klaisfikasi Makhluk hidup berdasarkan ciri marfologi dan ciri anatomi
Klasifikasi makhluk hidup berdasarkan ciri marfologi dan anatomi maksudnya adalah mengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan dan perbedaan yang dilihat berdasarkan bentuknya dan susunan tubuhnya. Contohnya adalah pepohonan. Secara marfologi beberapa tumbuhan pasti memiliki kesamaan baik dalam hal bentuk batang, daun, bunga dan lain-lain. Tapi apabila diamati susunan penampangnya pasti akan muncul perbedaan seperti ada tidaknya kambium, berkas pengangkut, dll.

4. Klasifikasi makhluk hidup berdasarkan ciri Biokimia
Klasifikasi makhluk hidup berdasarkan ciri biokimia contohnya adalah dapat dilihat dari jenis-jenis enzim, jenis-jenis protein dan jenis-jenis DNA yang menjadi penyusun tubuh makhluk hidup tersebut. Dari ciri Biokimia dapat ditentukan hubungan kekerabatan antara makhluk hidup yang satu dengan yang lain.

5. Klaisfikasi makhluk hidup berdasarkan manfaat
Setiap makhluk hidup pasti memiliki manfaat bagi manusia. Dengan mengelompokan makhluk hidup berdasarkan manfaatnya, kita bisa menentukan langkah-langkah yang tepat dalam memanfaatkan kelebihan tersebut secara lebih optimal. Contohnya ayam. Ada ayam yang bermanfaat untuk diambil dagingnya, ada pula ayam yang lebih bermanfaat jika diambil telurnya. Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangannya kita bisa memanfaatkannya demi kesejahteraan umat manusia secara optimal dan efektif.
kunjungi KLIK SINI

 TUJUAN KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP  
1.   Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki
2. Mengetahui ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya dengan makhluk hidup dari jenis lain
3.   Mengetahui hubungan kekerabatan makhluk hidup
4.  Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya atau belum memiliki nama.

Selain memiliki tujuan, klasifikasi memiliki manfaat bagi manusia, antara lain :
1. Klasifikasi memudahkan kita dalam mmpelajari makhluk hidup yang sangat beraneka ragam
2. Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan kekerabatan antarjenis makhluk hidup
3. Klasifikasi memudahkan komunikasi

PROSES ATAU TAHAPAN KLASIFIKASI
Para biologiawan masih menggunakan buku Linnaeus yang berjudul Systema Naturae (sistem Alam) yang diterbitkan tahun 1758 sebagai dasar untuk klasifikasi ilmiah. Klasifikasi dilakukan berdasarkan kesamaan morfologi, anatomi, fisiologi, dan cara perkembangbiakannya. Dengan klasifikasi akan terbentuk kelompok-kelompok makhluk hidup yang disebut takson. Setelah diklasifikasikan, suatu makhluk hidup diberi nama berdasarkan kelompok yang dimilikinya. Sistem tata nama yang dipakai saat ini adalah sistem tata nama biner yang disebut binomial nomenclature yang diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus yang dijuluki Bapak Taksonomi.

Ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk mengklasifikasikan makhluk hidup.
1.Pencandraan (identifikasi), Pencandraan adalah proses mengidentifikasi atau mendeskripsi ciri-ciri suatu makhluk hidup yang akan diklasifikasi.
2.Pengelompokan, setelah dilakukan pencandraan, makhluk hidup kemudian dikelompokkan dengan makhluk hidup lain yang memiliki ciri-ciri serupa. Makhluk hidup yang memiliki ciri serupa dikelompokkan dalam unit-unit yang disebut takson.
3.Pemberian nama takson, selanjutnya kelompok-kelompok ini diberi nama untuk memudahkan kita dalam mengenal ciri-ciri suatu kelompok makhluk hidup.


TINGKATAN TAKSON
Dalam sistem klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan menjadi suatu kelompok besar kemudian kelompok besar ini dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil ini kemudian dibagi lagi menjadi kelompok yang lebih kecil lagi sehingga pada akhirnya terbentuk kelompok- kelompok kecil yang beranggotakan hanya satu jenis makhluk hidup. Tingkatan-tingkatan pengelompokan ini disebut takson. Taksa (takson) telah distandarisasi di seluruh dunia berdasarkan International Code of Botanical Nomenclature dan International Committee on Zoological Nomenclature. Urutan takson antara lain :
Kingdom
Divisio
Clasis
Order
Familia
Genus
Species
Tingkatan Dalam Bahasa Indonesia
Dunia/Kerajaan
Divisio/Filum
Kelas
Ordo
Suku
Marga
Jenis

Keterangan :  
1. KINGDOM. Kingdom merupakan tingkatan takson tertinggi makhluk hidup. Kebanyakan ahli Biologi sependapat bahwa makhluk hidup di dunia ni dikelompokkan menjadi 5 kingdom (diusulkan oleh Robert Whittaker tahun 1969). Kelima kingdom tersebut antara lain : Monera, Proista, Fungi, Plantae, dan Animalia
2.  FILUM/DIVISIO (KELUARGA BESAR). Nama filum digunakan pada dunia hewan, dan nama division digunakan pada tumbuhan. Filum atau division terdiri atas organism-organisme yang memiliki satu atau dua persamaan ciri. Nama filum tidak memiliki akhiran yang khas sedangkan nama division umumnya memiliki akhiran khas, antara lain phyta dan mycota.
3. KELAS (CLASSIS). Kelompok takson yang satu tingkat lebih rendah dari filum atau divisio
4. ORDO (BANGSA). Setiap kelas terdiri dari beberapa ordo. Pada dunia tumbuhan, nama ordo umumnya diberi akhiran ales.
5. FAMILI. Family merupakan tingkatan takson di bawah ordo. Nama family tumbuhan biasanya diberi akhiran aceae, sedangkan untuk hewan biasanya diberi nama idea.
6. GENUS (MARGA). Genus adalah takson yang lebih rendah dariada family. Nama genus terdiri atas satu kata, huruf pertama ditulis dengan huruf capital, dan seluruh huruf dalam kata itu ditulis dengan huruf miring atau dibedakan dari huruf lainnya.
7. SPECIES (JENIS). Species adalah suatu kelompok organism yang dapat melakukan perkawinan antar sesamanya untuk menghasilkan keturunan yang fertile (subur).

TATA NAMA DAN ATURAN  BINOMIAL NOMENKLATUR

Banyak makhluk hidup mempunyai nama local. Nama ini bisa berbeda antara satu daerah dan daerah lainnya. Untuk memudahkan komunikasi, makhluk hidup harus diberikan nama yang unik dan dikenal di seluruh dunia. Berdasarkan kesepakatan internasional, digunakanlah metode binomial nomenclature. Metode binominal nomenclature (tata nama ganda), merupakan metode yang sangat penting dalam pemberian nama dan klasifikasi makhluk hidup. Disebut tata nama ganda karena pemberian nama jenis makhluk hidup selalu menggunakan dua kata (nama genus dan species)
Aturan pemberian nama adalah sebagai berikut :

 Aturan pemberian nama adalah sebagai berikut :
  • Nama species terdiri atas dua kata, kata pertama merupakan nama genus, sedangkan kata kedua merupakan penunjuk jenis (epitheton specificum)
  • Huruf pertama nama genus ditulis huruf capital, sedangkan huruf pertama penunjuk jenis digunakan huruf kecil
  • Nama species menggunakan bahasa latin atau yang dilatinkan
  • Nama species harus ditulis berbeda dengan huruf-huruf lainnya (bisa miring, garis bawah, atau lainnya)
  • Jika nama species tumbuhan terdiri atas lebih dari dua kata, kata kedua dan berikutnya harus digabung atau diberi tanda penghubung.
  • Jika nama species hewan terdiri atas tiga kata, nama tersebut bukan nama species, melainkan nama subspecies (anak jenis), yaitu nama takson di bawah species
  • Nama species juga mencantumkan inisial pemberi nama tersebut, misalnya jagung (Zea Mays L.). huruf L tersebut merupakan inisial Linnaeus.
MACAM KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP
Ada bermacam sistem klasifikasi makhluk hidup. Sistem klasifikasi ini berkembang mulai dari yang sederhana hingga berdasar sistem yang lebih modern.
1. Sistem artifisial / buatan
Sistem yang mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri yang ditetapkan oleh peneliti sendiri, misalnya, ukuran, bentuk, dan habitat makhluk hidup. Penganut sistem ini di antaranya Aristoteles dan Theophratus (370 SM).

2. Sistem natural / alami
Sistem yang mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri struktur tubuh eksternal (morfologi) dan struktur tubuh internal (anatomi) secara alamiah. Penganut sistem ini, di antaranya, Carolus Linnaeus (abad ke-18). Linnaeus berpendapat bahwa setiap tipe makhluk hidup mempunyai bentuk yang berbeda. Oleh karena itu, jika sejumlah makhluk hidup memiliki sejumlah ciri yang sama, berarti makhluk hidup tersebut sama spesiesnya. Dengan cara ini, Linnaeus dapat mengenal 10.000 jenis tanaman dan 4.000 jenis hewan.

3. Sistem modern (filogenetik)
Sistem klasifikasi makhluk hidup berdasarkan pada hubungan kekerabatan secara evolusioner. Beberapa parameter yang digunakan dalam klasifikasi ini adalah sebagai berikut:

  • Persamaan struktur tubuh dapat diketahui secara eksternal dan internal
  • Menggunakan biokimia perbandingan. Misalnya, hewan Limulus polyphemus, dahulu dimasukkan ke dalam golongan rajungan (Crab) karena bentuknya seperti rajungan, tetapi setelah dianalisis darahnya secara biokimia, terbukti bahwa hewan ini lebih dekat dengan laba-laba (Spider). Berdasarkan bukti ini, Limulus dimasukkan ke dalam golongan laba-laba.
  • Berdasarkan genetika modern. Gen dipergunakan juga untuk melakukan klasifikasi makhluk hidup. Adanya persamaan gen menunjukkan adanya kekerabatan.

Sistem Klasifikasi Domain
Belakangan, sistem Kingdom sempat dianggap basi, sehingga dibentuk sistem baru yang menambah urutan dan memiliki lebih sedikit jenis, yaitu Domain.
Ada tiga jenis Domain, yaitu:
1.  Archaea (dari Archaebacteria)
2.  Bacteria (dari Eubacteria)
3.  Eukarya (termasuk fungi, hewan, tumbuhan, dan protista)

  Sistem Klasifikasi Enam Kingdom (Menurut Woese tahun 1977)

Semula para ahli hanya mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kerajaan, yaitu kerajaan tumbuhan dan kerajaan hewan. Dasar para ahli mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kerajaan :
1. Kenyataan bahwa sel kelompok tumbuhan memiliki dinding sel yang tersusun dari selulosa.
2. Tumbuhan memiliki klorofil sehingga dapat membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis dan tidak dapat berpindah tempat dan hewan tidak memiliki dinding sel sementara hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri, dan umumnya dapat berpindah tempat.
Namun ada tumbuhan yang tidak dapat membuat makanannya sendiri, yaitu jamur (fungi). Berarti, tumbuhan berbeda dengan jamur maka para ahli taksonomi kemudian mengelompokkan makhluk hidup menjadi tiga kelompok, yaitu Plantae (tumbuhan), Fungi (jamur), dan Animalia (hewan).
Setelah para ahli mengetahui struktur sel (susunan sel) secara pasti, makhluk hidup dikelompokkan menjadi empat kerajaan, yaitu Prokariot, Fungi, Plantae, dan Animalia, Pengelompokan ini berdasarkan ada tidaknya membran inti sel. Sel yang memiliki membran inti disebut sel eukariotik, sel yang tidak memiliki membran inti disebut sel prokariotik.
Pada tahun 1969 Robert H. Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi lima kingdom, yaitu Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Pengelompokan ini berdasarkan pada susunan sel, cara makhluk hidup memenuhi makanannya, dan tingkatan makhluk hidup.
Namun sistem ini kemudian diubah dengan dipecahnya kingdom monera menjadi kingdom Eubacteria dan Archaebacteria.
Penjelasan Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup Enam Kingdom:

  Kingdom Eubacteria

Para makhluk hidup di Kingdom Eubacteria berupa makhluk hidup sel tunggal (uniseluler). Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Eubacteria memiliki sel prokariotik (sel sederhana yang tidak mempunyai kapsul sebagai lapisan terluarnya dan dinding sel didalamnya). Eubacteria juga dikenal dengan istilah bakteria.

  Kingdom Archaebacteria

Pada tahun 1977 seorang mikrobiolog bernama Carl Woese dan peneliti lain dari university of Illinois menemukan suatu kelompok bakteri yang memiliki ciri unik dan berbeda dari anggota kingdom Monera lainnya. Kelompok tersebut dinamakan Archaebacteria. Archaebacteria lebih mendekati makhluk hidup eukariot dibandingkan bakteri lain yang merupakan prokraiot. Hal itu menyebabkan terciptanya sistem klasifikasi 6 kingdom pemisah kingdom Archaebacteria dari anggota kingdom Monera lain yang kemudaian disebut Eubacteria. Namun hingga sekarang yang diakui sebagai sistem klasifikasi standar adalah sistem Lima Kingdom yang ditemukan oleh Whittaker.
Makhluk hidup di Kingdom Archaebacteria tidak jauh berbeda dengan yang ada di Kingdom Eubacteria karena mereka dulunya satu Kingdom. Namun Archaebacteria umumnya tahan di lingkungan yang lebih ekstrem.

  Kingdom Protista

Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Protista memiliki sel eukariotik. Protista memiliki tubuh yang tersusun atas satu sel atau banyak sel tetapi tidak berdiferensiasi. Protista umumnya memiliki sifat antara hewan dan tumbuhan. Kelompok ini terdiri dari Protista menyerupai tumbuhan (ganggang), Protista menyerupai jamur, dan Protista menyerupai hewan (Protozoa, Protos: pertama, zoa: hewan). Protozoa mempunyai klasifikasi berdasarkan sistem alat geraknya, yaitu Flagellata/Mastigophora (bulu cambuk, contoh Euglena, Volvox, Noctiluca, Trypanosoma, dan Trichomonas), Cilliata/Infusiora (rambut getar, contoh Paramaecium), Rhizopoda/Sarcodina (kaki semu, contoh Amoeba), dan Sporozoa (tidak mempunyai alat gerak, contoh Plasmodium).

  Kingdom Fungi (Jamur)

Fungi memiliki sel eukariotik. Fungi tak dapat membuat makanannya sendiri. Cara makannya bersifat heterotrof, yaitu menyerap zat organik dari lingkungannya sehingga hidupnya bersifat parasit dan saprofit. Kelompok ini terdiri dari semua jamur, kecuali jamur lendir (Myxomycota) dan jamur air (Oomycota). Beberapa kelompok kelas antara lain:
a. kelas Myxomycetes (jamur lendes) contoh nya Physarum policephalius.
b. kelas Phycomycetes (jamur ganggang) contoh nya jamur tempe (Rhizopus oryzae, mucor mue)

  Kingdom Plantae (Tumbuhan)

Tumbuhan terdiri dari tumbuhan lumut (Bryophyta), tumbuhan paku (Pteridophyta), tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), dan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).

  Kingdom Animalia (Hewan)

Hewan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya tersusun atas banyak sel yang telah berdiferensiasi membentuk jaringan. Hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri sehingga bersifat heterotrof. Kelompok ini terdiri dari semua hewan, yaitu hewan tidak bertulang belakang (invertebrata/avertebrata) dan hewan bertulang belakang (vertebrata).

 Sistem Klasifikasi 6 Kingdom

Pada tahun 2004, seorang ilmuwan, Thomas Cavalier-Smith mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi k Kingdom juga, namun dengan memisahkan Eukaryota dari Protista yang bersifat autotrof menjadi Kingdom baru, yaitu Chromista.
6 Kingdom menurut Klasifikasi Cavalier-Smith, yaitu:
1.         Bacteria
2.         Protozoa
3.         Chromista
4.         Fungi
5.         Plantae
6.         Animalia
Walaupun sekarang Indonesia sedang berusaha mengadaptasikan klasifikasi Domain, namun klasifikasi menurut ketentuan terakhir (yang terbaru) adalah klasifikasi Cavalier-Smith ini.

  Sejarah Klasifikasi

Linnaeus, 1735 (2 Kingdom)
Haeckel, 1866 (3 Kingdom)
Chatton, 1925 (2 Empire)
Copeland, 1938 (4 Kingdom)
Whittaker, 1969 (5 Kingdom)
Woese et al, 1977 (6 Kingdom)
Woese et al, 1990 (3 Domain)
Cavalier-Smith, 2004 (6 Kingdom)
(Belum ada klasifikasi mikroba)

Prokaryota
Monera
Monera
Eubacteria
Bacteria
Bacteria (Gabungan Archaebacteria dan Eubacteria)

Protista
Prokaryota (idem/klasifikasi yg sama dgn yang di atas)
Monera (idem)
Monera (idem)
Archaebacteria
Archaea
Bacteria (idem)


-- Eukaryota mulai dari sini --
Protoctista
Protista
Protista
-- Eukarya mulai dari sini --
Protozoa




Protista (idem)
Protista (idem)

Chromista
Vegetabilia
Plantae
Eukaryota

Fungi
Fungi
Eukarya
Fungi
Vegetabilia (idem)
Plantae (idem)

Plantae
Plantae
Plantae

Plantae
Animalia
Animalia

Animalia
Animalia
Animalia

Animalia

SEJARAH KLASIFIKASI

Klasifikasi organisme dimulai dari kebutuhan manusia akan tempat tinggal, makanan dan obat-obatan. Taksonomi tumbuhan dibedakan atas 6 periode yaitu:

1. Periode preliterature

Pada periode ini manusia sangat primitive, mereka memperoleh makanan dari berburu dan bercocok tanam. Mereka mengetahui tanaman dari fungsinya untuk dimakan dan obat-obatan. Mereka secara otomatis telah mengklasifikasikannya, mereka mendiskripsikan dan mengklasifikasikannya dari guna dan berbahaya atau tidaknya suatu tanaman dan menempatkannya pada kategori sehingga mudah digunakan sebagai referensi.


3.        Literature kuno
Pada periode ini, mereka telah mencapai kesimpulan berdasarkan alasan daripada analisis dari observasi. Mereka telah menuliskan perbedaan antara bagian luar dan bagian dalam organ. Mereka diklasifikasikan dalam pohon, semak, selain semak. Mereka juga terbagi dalam berbunga tiap tahun, terjadi sekali dua tahun, dan morfologi bunga. Dekripsi berdasarkan tanaman obat dipergunakan lebih dari 1500 tahun.
4.         Pertengahan
Pada abad ini hanya ada sedikit pembagian taksonomi kecuali Albertus Magnus yang memperkenalkan Monokotil dan dikotil, berpembuluh dan tidak berpembuluh.
4.        Pembangunan kembali
Pada periode ini telah terdapat perkembangan mengikuti : 1. Telah dilakukan percetakan, 2. Setiap orang telah percaya pada karya asli seseorang, 3. Ilmu navigasi memungkinkan untuk mengoleksi semua tanaman di dunia. Pada periode ini merupkan periode pembelajaran dan melakukan eksplorasi, didapatkan banyak tanaman dan kegunaannya.
Usaha identifikasi berdasarkan masa kuno dengan memperhatikan struktur dan perbedaan pembungaan. Pada akhirnya dikelompokan berdasarkan genus dan family oleh Carls Linnaeus. Dimulailah pembagian taksonomi oleh Adanson. Pemikiran tentang evolusi berhasil diungkapkan oleh Lamark yang menggunakan struktur dalam selain struktur luar dalam klasifikasi olej Candolle.
5. Teori Evolusi
Pencetus teori ini adalah Charles Darwin. Ia memperkirakan bahwa Bumi telah berusia 6000 tahun dan mengalami evolusi yang terakumulasi sehingga terjadi perbedaan. Ia meyakinkan dengan bukti-bukti evolusi yaitu perubahan hidup yang terjadi dan mengutarakan adanya seleksi alam pada mekanisme yang menyebabkan perbedaan. Sama halnya dengan Alfred Wallace perkembangan teori evolusi. Berawal dari itulah dimulai pengumpulan semua data tanaman berdasarkan anatomi, genetika, physiology, paleobotany, chemistry dan palynology.
6. Kebangkitan taksonomi
Melihat dari pembagian taksonomi yang terdahulu, kita dapat memperhatikan jika peraturan pembagian klasifikasi murni penemuan dan wewenang manusia. Taksonomi dimulai dengan adanya perkembangan mikroskop dan teknik modern. Penemuan mikroskop mempermudah untuk mengetahui struktur dalam secara nyata. Rangkaian DNA dan ilmu yang mempelajari tentang organisasi genome dalam tanaman terdeteksi yang digunakan dalam pembagian taksa. Dari sinilah terjadi pembaharuan taksonomi.
 PERKEMBANGAN KLASIFIKASI
1. Sistem Klasifikasi Pra-Linnaeus
Sistem klasifikasi ini dilakukan dengan melihat kesamaan bentuk luar dari tubuh makhluk hidup (morfologi). Makhluk hidup pada masa ini dibedakan menjadi dua kelompok seperti konsep Aristoteles yang mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi 2 yaitu tumbuhan dan hewan. Hewan-hewan yang memiliki bentuk tubuh yang sama dikelompokkan menjadi satu kelompok tersendiri. Selain itu hewan juga dikelompokkan berdasarkan kegunaannya masing-masing. Pengelompokan hewan didasarkan pada ciri-ciri lalu ditentukan macamnya dan diberikan nama sesuai dengan isyarat yang dimiliki. Proses-proses ini dilakukan tanpa kesadaran dan berlangsung dalam waktu yang sangat cepat. Pada masa pra-Linnaeus juga belum ada publikasi tentang klasifikasi hewan.
2. Sistem Klasifikasi 2 Kingdom
§   Kingdom Animalia (Dunia Hewan)
§   Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan)
Sistem ini dikembangkan oleh ilmuwan Swedia C. Linnaeus tahun 1735. Kelemahannya adalah penggolongan ini masih terlalu umum dan kurang spesifik sehingga terdapat beberapa makhluk hidup lainnya yang tidak dapat digolongkan dalam kedua kingdom ini. Kelebihan sistem ini pada saat itu adalah mampu menggolongkan dua kelompok besar mahkluk hidup di bumi berdasarkan karakter fisiknya yaitu tumbuhan dan hewan dan juga kedua kingdom ini merupakan kunci atau pengarah utama menuju model-model kingdom lainnya.
3. Sistem Klasifikasi 3 Kingdom
§   Kingdom Animalia (Dunia Hewan)
§   Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan)
§   Kingdom Protista (Organisme bersel satu dan organisme multiseluler sederhana)
Ketika makhluk hidup bersel satu ditemukan, temuan baru ini dipecah ke dalam dua kerajaan: yang dapat bergerak ke dalam filum Protozoa, sementara alga dan bakteri ke dalam divisi Thallophyta atau Protophyta. Namun ada beberapa makhluk yang dimasukkan ke dalam filum dan divisi, seperti alga yang dapat bergerak, Euglena, dan jamur lendir yang mirip amuba. Karena dasar inilah, Ernst Haeckel pada tahun 1866 menyarankan adanya kerajaan ketiga, yaitu Protista untuk menampung makhluk hidup yang tidak memiliki ciri klasifikasi yang jelas. Kerajaan ketiga in baru populer belakangan ini (kadang dengan sebutan Protoctista). Protista adalah organisme yang memiliki sifat-sifat tumbuhan dan hewan sekaligus.
Kelemahan sistem ini yaitu bakteri tidak dapat digolongkan ke dalam kingdom protista, karena bakteri adalah organisme mikroskopis yang tidak memiliki inti sel. Sehingga pengelompokan kingdom ini kurang sempurna. Kelebihan sistem ini adalah organisme mikroskopis bersel satu atau multiseluler sederhana dikelompokan kedalam kingdom tersendiri dan berbeda dari animalia atau plantae, penyebabnya karena secara fisiologis, morfologisnya, dan anatomi, kingdom protista memiliki perbedaan dari kedua kingdom lainnya.
4. Sistem Klasifikasi 4 Kingdom
§   Kingdom Animalia (Dunia Hewan)
§   Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan)
§   Kingdom Protista
§   Kingdom Monera·Kingdom Fungi (Dunia Jamur)
Ada dua tokoh yang mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi sistem 4 kingdom yaitu Copeland dan Whittaker. Hanya saja dasar yang digunakan oleh keduanya berbedasehingga dihasilkan klasifikasi makhluk hidup yang berbeda pula. Copeland membagi menjadi empat Kingdom yaitu Monera, Protoctista, Metaphyta dan Metazoa.Monera adalah organisme yang belum memiliki membran inti dan membran organel sel atau bersifat prokariotik.
Berbeda dengan Protista/Protoctista yang bersifat Eukariotik. Metaphyta adalah tumbuhan yang mengalami masa perkembangan embrio, begitu juga Metazoa adalah kelompok hewan yang mengalami masa perkembangan embrio dalam siklus hidupnya. Sedangkan Whittakers membagi hewan menjadi beberapa kingdom: Animalia, Plantae, Fungi dan Protista.
Fungi dijadikan kingdom tersendiri karena fungi memiliki perbedaan dari tumbuhan. Fungi bukan organisme autotrof layaknya tumbuhan melainkan organisme yang heterotrof yaitu tidak dapat mensintesis makanannya sendiri. Jamur tidak mencernakan makanan seperti yang binatang lakukan, atau pun membuat makanan mereka sendiri seperti yang tumbuhan lakukan melainkan mereka mengeluarkan enzim pencernaan di sekitar makanan mereka dan kemudian menyerapnya (absorbsi)ke dalam sel.
5. Sistem Klasifikasi 5 Kingdom
Sistem ini dikembangkan oleh ahli Biologi Amerika Robert H. Whittaker tahun 1969 dengan mencirikan masing-masing kingdom sebagai berikut :
§   Monera : Prokariot, Autotrof dan Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler
§   Protista : Eukariot, Autotrof dan Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler
§   Fungi : Eukariot, Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler
§   Plantae : Eukariot, Autotrof, Multiseluler
§   Animalia : Eukariot, Heterotrof, Multiseluler
Kelebihan sistem ini adalah jamur digolongkan kedalam kingdom tersendiri karena Jamur tidak mencernakan makanan seperti yang hewan lakukan, atau pun membuat makanan mereka sendiri seperti yang tumbuhan lakukan melainkan mereka mengeluarkan enzim pencernaan di sekitar makanan mereka dan kemudian menyerapnya ke dalam sel. Begitu juga perbedaannya dengan monera jelas terlihat bahwa kingdom fungi merupakan jenis organisme eukariot bukan prokariot. Dengan kata lain kingdom ini melengkapi sistem klasifikasi kingdom sebelumny. Namun masih terdapat kelemahan dalam klasifikasi ini, yaitu belum mampu mendefinisikan kingdom monera secara tepat sehingga didalam kelompok kingdom monera sendiri masih memiliki perbedaan yang cukup signifikan baik dalam hal RNA polymerase, RNA sequences, Introns, membran lipid dan lainnya.
6. Sistem Klasifikasi 6 Kingdom
§   Kingdom Animalia (Dunia Hewan)
§   Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan)
§   Kingdom Protista
§   Kingdom Mycota (Dunia Jamur)
§   Kingdom Eubacteria
§   Kingdom Archaebacteria
Sistem ini dikembangkan oleh ahli Biologi Amerika Carl Woese 1977. Pengklasifikasian ini berawal dari ditemukannya golongan monera archaebacteria di samudera dalam yang memiliki perbedaan dengan kingdom monera lainnya (eubacteria). Analisis archaebacteria menunjukkan bahwa kelompok ini lebih menyerupai  eukariota dibanding saudaranya (prokariotik). Hal ini adalah salah satu alasan menagapa kingdom monera menjadi kingdom archaebacteria dan eubacteria. Namun bagi beberapa pakar ilmuwan sering menjadi pro dan kontra, karena kingdom monera merupakan kingdom yang sudah mencakup bakteri archae dan eubacteria sehingga menurut mereka tidak perlu di bagi lagi. Kelebihannya adalah mampu menjelaskan kingdom monera secara spesifik, sehingga memberikan informasi yang cukup signifikan bagi kingdom monera.

7. Sistem Klasifikasi 7 Kingdom
§   Kingdom Animalia (Dunia Hewan)
§   Kingdom Plantae (Dunia Tumbuhan)
§   Kingdom Protista (Protozoa)
§   Kingdom Chromista
§   Kingdom Eumycota
§   Kingdom Eubacteria
§   Kingdom Archaebacteria
Sistem ini diperkenalkan oleh ahli Cavalier-Smith tahun 1998. sistem ini dikembangkan dari sistem kingdom sebelumnya dan secara garis besar digolongkan dalam dua kelas utama prokariot dan eukariot (2 Empires, Chatton 1937) dari kedua golongan besar ini dibagi lagi, eukariot mencakup Animalia, Plantae, Protozoa (protista), Eumycota dan Chromista. Sedangkan golongan prokariot mencakup Eubacteria dan Archaebacteria.
Disini terdapat kingdom baru yaitu Chromista yang anggotanya merupakan bagian dari kingdom fungi dan protista yaitu Oomycota, Hyphochytriomycota, Bacillariophyta, Xanthophyta, Silicoflagellates, Chrysophyta, dan Phaeophyta. Golongan ini berbeda dari kingdom asalnya karena mereka meiliki klorofil a dan c, tidak menyimpan makanan sebagai kanji melainkan sebagai minyak dan umumnya menghasilkan sel dengan dua flagella yang berlainan. Karena sebagian kingdom mycota sudah digolongkan ke dalam kingdom chromista maka kingdom ini berubah menjadi kingdom eumycota. Kingdom protista lebih akrab dikenal sebagai kingdom protozoa.Klasifikasi system ini lebih sempurna dari kingdom sebelumnya.